Berlayar ala Indrawulan 

Semenjak menjadi istri dengan seniman asal Batu, Susetyo Wahyudi atau populer dipanggil Papa  Rock. Indrawulan kerap disapa Indra memulai terjun ke dalam dunia seni dan mengikuti pameran  pertamanya di Balai Kota Among Tani, Kota Batu pada tahun 2019 lalu dengan karya yang  dipamerkan berupa sulaman bermedia pita dan benang yang berukuran rata-rata 20 cm hingga 50  cm diatas kain. Pada tahun 2020 Indra memamerkan karyanya di tiga tempat yang berbeda, yaitu  pemeran di Balai Kota Among Tani, Kota Batu, pameran di Kantor DPRD Kota Malang, dan  pameran seni rupa start RASA, Graha Pancasila Kota Batu. Pada tahun 2021, Indra memamerkan  karyanya pada pameran Mendengar Rupa, Galeri Raos Kota Batu. Lalu pada tahun 2022 Indra  memamerkan karyanya pada pameran Callery Exhibition, Gedung Graha Pancasila, Among Tani  Kota Batu. Saat ini, Indra bergabung pada komunitas Pondok Seni Batu atau Galeri Raos.  

Meskipun awalnya merintis karir dengan menjadi penyiar radio di Tidar Sakti Batu, Indrawulan  kini mulai menekuni seni menyulam. Terutama ketika masa pandemi pada tahun 2020 lalu yang  membuat hampir semua orang menghabiskan waktunya dirumah untuk menurunkan grafik  populasi orang tertular Covid-19. Indra menghabiskan waktunya untuk mempelajari seni  menyulam atas inspirasinya dari sang suami yang berprofesi menjadi seniman. 

Hal ini membuat Indrawulan mulai menekuni seni menyulam bertujuan untuk meningkatkan  kesehatan mental dan kesejahteraan. Indra menggunakan teknik art therapy untuk  mengekspresikan emosi dan perasaan agar tetap sehat dalam masa pandemi. Art therapy adalah  salah satu bentuk terapi yang menuangkan ekspresi diri menggunakan media seni, seperti melukis,  menggambar, ataupun membuat karya seni lainnya yang bertujuan untuk mengatasi stress,  gangguan mental dan emosional, ataupun salah satu bentuk pemahaman diri.  

Seni menyulam adalah kegiatan membuat gambar atau pola yang menggunakan jarum dan benang  atau pita pada kain. Proses ini mempunyai tekniknya sendiri, yaitu mempersiapkan bahan dan  membuat pola, kemudian memasukkan benang ke jarum, dan jahit kain sesuai pola yang 

diinginkan dengan berbagai macam jenis tusukan sehingga terlihat apik dipandang. Terakhir dan  opsional yaitu diberi pigora agar terlihat rapih. 

Dalam karya-karyanya, Indrawulan menyulam dengan sulam benang memakai cara teknik  menyulam dengan perpaduan tusuk jelujur, tusuk tikam jejak, tusuk batang, dan tusuk pipih. Tusuk  jelujur adalah teknik menjahit dengan membuat garis putus-putus. Tusuk tikam jejak atau tusuk  balik adalah teknik dengan tampilan seperti dijahit menggunakan mesin jahit. Cara menjahitnya  pun unik dengan alur mundur-maju-mundur. Oleh sebab itu tusukan ini disebut dengan tusuk balik.  Tusuk batang adalah teknik menjahit dengan membuat garis lengkung. Teknik tusuk batang ini  biasa digunakan untuk membuat batang dan bunga yang terlihat mempunyai banyak garis melengkung. Tusuk pipih adalah teknik tusuk yang menyelimuti seluruh permukaan dengan  menyulam secara sejajar. biasanya ditemukan pada motif daun. Dalam karya-karya Indra,  mayoritas menggunakan jenis tusuk pipih.  

Jenis tusuk pipih terlihat seperti mempunyai serat-serat halus dan searah yang membuat menjadi  bertekstur garis-garis seperti pada karya “Sunflower garden” yang dibuat pada tahun 2019. Karya  ini berukuran persegi yaitu 20 cm x 20 cm.tekstur garis-garis dapat dilihat pada kelopak bunga  matahari yang terlihat searah membentuk garis-garis bertekstur dan bergradasi cokelat, oranye,  kuning, dan putih pada sisi terang. 

Sedangkan pada menyulam dengan sulam pita, Indra menyulam dengan tekstur pita yang pipih  dan gepeng membuat Indra menonjolkan dengan efek tiga dimensi, seperti pada karya “Tulip”  yang dibuat pada tahun 2019 lalu berbahan sulam pita pada kain. Karya “Tulip” ini berdimensi  persegi panjang yaitu 45 cm x 15 cm. Terlihat sulaman pada sisi daun terlihat tiga dimensi, 

begitupula pada bunga tulip terlihat seperti tiga dimensi dengan tekstur pita yang pipih dan gepeng. 

Pemilihan warna juga merupakan salah satu unsur penting dalam berkarya. Penggunaan warna  cerah dan gelap sangat berpengaruh sekali dalam suasana karya. Mayoritas karya Indra  menggunakan warna cerah dan berwarna-warni yang direfleksikan pada setiap ornamen bunga,  mayoritas Indra menggunakan dua warna untuk membuat kesan ceria dan hangat.

Pemilihan bahan sesuai dengan visi dan selera seniman juga merupakan elemen penting dalam  berproses menyulam. Seperti Indrawulan yang membuat karya menggunakan seni menyulam  menyukai tema tanaman dan bunga. Karya Indrawulan mendominasi dengan bunga dan tanaman,  kemudian diselingi hewan, potret pahlawan, serta perahu.  

Dalam karya Indra pada tahun 2019 terdapat karya perahu dengan suasana malam hari ditengah  lautan dan diatasnya terdapat bulan penuh dan terdapat awan-awan dan bintang-bintang yang  menghiasi langit. Karya ini berjudul “Boat” dengan Teknik sulam benang pada kain. Dibuat pada  sebelum pandemi yaitu pada tahun 2019 dengan ukuran 20 x 20 cm. Warnanya didominasi dengan  warna biru, baik biru gelap ataupun biru terang. 

Sedangkan di tahun setelahnya yaitu di tahun 2020, Karya ini berjudul “Kapalku” dengan teknik  sulam benang pada kain. Ukuran karyanya juga sama dengan warna sebelumnya, yaitu berukuran  20 cm x 20 cm. Warnanya juga didominasi dengan warna biru muda hingga biru tua.  

Meskipun Indra menyulam dengan gambar yang sama, karya “Boat, 2019” dan “Kapalku. 2020” memiliki banyak perbedaan. Karya “Kapalku” memakai prespektif mata kodok, yaitu dengan  prespektif dari bawah keatas, sehingga memberikan efek dramatis dengan membuat objek utama  terlihat besar dan dominan, sementara latar belakang terlihat lebih kecil. Teknik ini memberikan  dimensi yang sangat unik. 

Terlihat pula pada langit pada karya “Kapalku”, awan-awan dan bulannya terlihat lebih bergradasi  dan lebih berwarna. Dengan menggunakan teknik tusuk pipih, karya ini terlihat sudah mempunyai  banyak peningkatan dalam penyusunan warna gradasi dan objeknya terlihat lebih realis.  Dibandingkan dengan karya “Boat”, bintang-bintangnya terlihat hanya titik kecil yang menyebar  di bagian atas karya.  

Penggunaan warna pada awannya pun sudah membaik dibandingkan dangan karya “Boat” yang  disulam pada tahun 2019 terlihat hanya warna abu-abu yang terdapat pada sekitar bulan.  Sementara pada karya di tahun 2020 yang berjudul “Kapalku”, penggunaan warna awannya sudah 

memiliki gradasi seperti warna putih dan biru muda. Terlihat lebih realistis dan apik untuk  dipandang.  

Komposisi tata letaknya pun juga sudah membaik dibandingkan dengan karya pada tahun 2019  “Boat” masih terlihat datar, yaitu tidak ada komposisi prespektif. Penggambaran kapal masih digambar dari sisi samping seperti penggambaran kapal pada umumnya. Sedangkan  penggambaran pada karya setelahnya, terlihat sudah ada komposisi prespektif dimana tergambar  kapal dari sisi samping-depan, dimana dapat membuat prespektif yang unik dan memiliki  penggambaran yang menarik.  

Penggambaran sisi gelap-terang pada karya 2019 yang berjudul “Boat” terlihat penggunaan sisi  gelap-terangnya sudah bagus, tetapi masih belum terlihat natural dimana pada sisi sebelah kanan  bawah terlihat sisi terang masih terlihat sedikit kasar. Terlihat pula pada bagian langit masih terlihat  polos dan berwarna kain biru dongker. Sedangkan penggambaran pada karya 2020 yang berjudul  “Kapalku” penggunaan sisi gelap-terangnya sudah terlihat halus dimana pada bagian langit dan  laut sudah mempunyai banyak gradasi dan tekstur. Karya “Kapalku” bentuk dan gradasi pada  bagian awannya sudah terlihat sangat realis. Begitupula pada sisi laut, terlihat sisi gelap-terangnya  sudah halus dan memiliki tekstur air yang dalam. 

Dalam berproses membuat suatu karya, Indrawulan sudah memiliki peningkatan karya, baik dalam  segi bentuk, pewarnaan, ataupun tekstur. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan dari karya pada  tahun 2019 dan tahun 2020 ataupun 2021 terutama pada karya pada tahun 2019 yang berjudul  “Boat” yang terbuat dari sulam benang pada kain yang berukuran 20 cm x 20 cm dibandingkan  dengan karya pada tahun 2020 yang berjudul “Kapalku” yang terbuat dari sulam benang pada kain  yang berukuran 20 cm x 20 cm.  

Terlihat pula Indrawulan ketika pandemi sangat meluangkan waktunya untuk menyulam yang  membuat teknik, pemilihan warna, dan pemilihan bentuknya sudah memiliki banyak peningkatan walaupun dalam latar belakangnya bukan dari pendidikan ataupun bakat seni, terutama seni  menyulam, Indra mendapat semangat dan motivasi untuk mendalami seni menyulam dan 

berpameran berkat keluarganya membuat karyanya pernah dibeli oleh ibu Khofifah, Gubernur  Jawa Timur.  

Proses menyulam Indrawulan dapat diibaratkan sebagai berlayarnya Indra untuk terjun ke dunia  seni, dimana nahkoda diibaratkan sebagai Indra dan laut diibaratkan sebagai kehidupan. Mulai  berlayarnya kapal artinya setiap nahkoda harus memiliki sebuah arah dan tujuan. Walaupun  dengan latar belakang yang bukan pendidikan ataupun seni, tetapi seiring berjalannya waktu,  “nahkoda” dapat belajar dari pengalaman sebelumnya karena sebaik-baiknya pelajaran adalah  belajar dari pengalaman. Bagaimana setiap pengalaman membuat setiap manusia untuk belajar  lebih baik dari sebelumnya, bagaimana setiap nahkoda menghadapi hujan badai dan ombak tinggi untuk melaluinya dengan kapal lautnya. Karena setiap perbuatan pasti mempunyai  konsekuensinya masing-masing, dan setiap perbuatan baik pasti berbalik dengan hal baik pula.

Lalitya Nabihrahmani Putri
Lalitya Nabihrahmani Putri
Articles: 1

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *