Eksplorasi dan Makna dibalik Karya Gati Hayu Sarawan 

Gati Hayu Sarawan atau yang akrab di sapa Gati, merupakan salah satu seorang seniman  perempuan yang berasal dari kota Batu. Gati yang menggeluti dunia seni sejak SMP hingga  menempuh pendidikan di prodi Pendidikan Seni Rupa Murni Universitas Negeri Malang pada  tahun 2019. Gati juga merupakan anak dari seorang seniman terkenal asal Batu yaitu Koebu  Sarawan, dan mewarisi seni realis yang hampir sejajar dengan sang ayah. Keterampilannya  dalam menciptakan karya seni tidak hanya memperlihatkan kemampuan teknis yang tinggi,  tetapi juga menggambarkan empati dan ketulusan yang tinggi. Hal ini membuat rekan-rekan  kuliahnya merasa nyaman dan percaya. Sehingga menjadikannya sebagai tempat curhat yang  aman.  

Dengan latar belakang tersebut, gati terinspirasi untuk menggambarkan gagasan dan pegalaman  rekan-rekannya melalui karya seni. Gati mengarahkan kreativitasnya terutama pada media  charcoal di atas kanvas. Karya-karya Gati melibatkan berbagai bentuk makhluk hidup, seperti  flora, fauna, dan manusia. Dalam gaya hyperrealism, Gati tidak hanya mengeksplorasi teknik  visual yang menakjubkan, tetapi juga berusaha menyampaikan ide dan impian yang timbul dari  pengalaman pribadi dan diskusi dengan orang lain.  

Seni bagi seorang seniman merupakan sebagai media untuk mengekspresikan perasaan, pikiran,  dan pengalaman mereka. Melalui karya seni, seniman dapat menyampaikan emosi, ide, dan  pandangan dalam dunia seniman itu sendiri. Sama halnya dengan Gati, dalam penciptaan karya  seninya, inspirasi utama Gati memang hampir secara keseluruhan berasal dari cerita-cerita yang  dipercayakan oleh orang-orang terdekat disekitarnya. Seni sebagai komunikasi sebagaimana sang  seniman menaruh hal tersebut kedalam karyanya, Gati melalui elemen-elemen yang diciptakan  dalam karyanya berusaha untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendalam melalui karyanya  yang terinspirasi dari orang-orang terdekat. Pada umumnya, mayoritas dari orang-orang tersebut  mengekspresikan kegusaran batin, kemudian Gati berhasil merangkum pengalaman-pengalaman  tersebut dengan melibatkan perasaan dan pemikiran secara pribadi Gati. Keseluruhan narasi ini  menjadi suatu keberagaman pikiran dan perasaan yang terakumulasi, sehingga membentuk suatu  kumpulan kegelisahan batin. 

Fokus utama Gati adalah pada seni gambar dengan media seperti pensil charcoal, dengan kanvas  berukuran sekitar 50cm. Pendekatan inimemungkinkannya untuk mengekspresikan dtail yang  halus dan mendalam dalam setiap karyanya. Gati Hayu Sarawan bukan hanya seorang seniman  yang mahir dalam teknik, tetapi juga seorang pencerita visual yang mampu menggambarkan  keindahan dan makna dalam setiap goresan charcoal diatas kanvasnya.  

Lingkungan seniman memiliki peran yang signifikan dalam memengaruhi dan menciptakan  sebuah karya seni. Dampak lingkungan terhadap seniman dapat memengaruhi dalam berbagai  cara. Lingkungan seniman dapat mencakup sosial, politik, ekonomi, buaya, dan bahkan  psikologis di sekitarnya. 

Untuk memasuki ranah seni, sebenarnya minat Gati sudah muncul sejak dini, yang dipengaruhi  secara signifikan oleh lingkungan sekitar, terutama lingkungan keluarga. Akan tetapi, perjalanan  Gati menuju dunia seni baru saja dimulai secara aktif sekitar tahun 2016, ketika Gati masih  menyukai coret-menyoret secara spontan. Sehingga tanpa disadari, Gati mulai mengembangkan  karya-karyanya sejak 2017, merasa nyaman dan semakin serius. Akhirnya Gati memutuskan untuk menggunakan arang sebagai media untuk mencapai efek monokrom hitam putih yang  diinginkan. 

Dalam berbicara mengenai gaya seni, perkembangan minat Gati awalnya lebih dominan ke arah  surealis dan dunia mimpi. Namun, seiring berjalannya waktu, Gati mulai merasa semakin bebas  untuk mengeksplorasi. Jika di klasifikasikan, mungkin seni yang dihasilkan dapat disebut  sebagai “Hyperrealis”. Alasan Gati sendiri memilih pendekatan semi-surealis adalah karena  ingin menjadikan imajinasi sebagai mimpi yang mampu menjadi penenang bagi mereka yang  tengah menghadapi beban emosional, yang setidaknya memberikan harapan bahwa ada “obat”  untuk mengatasi masalah mereka.  

Dalam proses berkaryanya di dunia seni, Gati tentunya telah aktif mengikuti beberapa pameran  diantaranya, Cukul Tengah Sawah #02, The Victoryof Culture, Galeri Raos Batu pada Tahun  2019, Miwiti Bebrayan, Gedung Sasana Karya Turen pada Tahun 2019, Gandheng Renteng #10,  Gedung Yon Zipur 10 Pasuruan pada Tahun 2020, Unity, Galeri Raos Batu pada Tahun 2020,  Kate Gendheng Ta? Virtual Exhibition @parurupa Pasuruan pada Tahun 2021,  Bebrayan-Biennale Jatim IX, Turen pada Tahun 2021, Time Out, Galeri Raos Batu pada Tahun  2022, Sankhara, Villa Selecta Batu pada Tahun 2022, Art Is Weapon IV, Malang pada Tahun  2022, Skala Mini Art, Grey Art Gallery Bandung pada Tahun 2023, Tabularasa, Museum  Benteng Vredeburg Yogyakarta pada Tahun 2023, Sisoe x Bypondasi #1, Malang pada Tahun  2023, Salam Hangat, Purwosari-Pasuruan pada Tahun 2023, dan Gandheng Renteng #13,  Uniwara Pasuruan pada Tahun 2023. 

Perjalanan dunia seni yang di lalui Gati tentunya tidak luput dari tantangan. Ada momen dimana  Gati merasa jenuh dan ketakutan, ragu apakah pesan yang ingin disampaikan melalui karya-karyanya dapat tersampaikan dengan jelas dan memuaskan. Akan tetapi, hal tersebut  merupakan bagian dari proses kreatif, dan Gati berusaha berkomitmen untuk terus menghadapi  dan mengatasi tantangan tersebut. 

Pada proses berkaryanya, Gati lebih dominan menggunakan elemen hitam-putih pada lukisannya  dengan menggunakan charcoal serta objek-objek yang dibuat dengan teknik realis. Menciptakan  kesan surealis pada karyanya, Gati berhasil menjadi seniman yang mengembangkan karyanya  dengan ciri khasnya sendiri. Beberapa lukisannya bermula dari penggunaan charcoal atau arang  pada kanvas, hal ini tentunya memiliki sebuah tantangan tersendiri yang memerlukan banyak  percobaan dan eksplorasi dalam membuat karyanya. Hal ini membuat Gati dapat dikatakan  sebagai seniman yang ahli dalam teknik dan ahli dalam menggali potensi yang dimiliki saat  bereksplorasi.  

“Sesampai-sampainya manusia di titik bebas dan damainya, ia tak akan pernah merasa lulus jika  ia ‘manusia’ berjalan seorang diri. Benar adanya bicara kebebasan itu hanya menapak di pintu  diri, Bebasnya hidup tak bisa lepas dan tetap berkaitan dengan isi-isi di dalamnya.” 

Pada salah satu karya Gati, yang berjudul ‘Batas Diri’ di atas merupakan karya charcoal pada  kanvas yang berukuran 100 x 80 cm dan dibuat pada tahun 2023. Dapat dilihat pada karya ini  menampilkan objek-objek visual yang sangat realis dengan ciri khas menggunakan warna  hitam-putih. Objek-objek yang ditampilkan yaitu bagian-bagian tubuh manusia seperti tangan,  kaki, pundak, potongan daging, serta terdapat juga paruh burung yang tajam. Karya ini  menampilkan objek visual yang seimbang atau balance dengan beberapa bagian tubuh yang ada.  Karya ini menciptakan kesan yang sangat dalam dengan objek jari tangan yang terlihat  memegang erat pundak dengan sikut yang bertumpu pada sebuah potongan daging pada bagian  tengah. Adapun objek paruh burung yang terdapat lilitan kawat tersambung dengan tubuh, jatuh  mematuk potongan daging dibawahnya serta terdapat objek kaki yang menggantung pada bagian  sebelah kiri atas. 

Anggita Salsabila
Anggita Salsabila
Articles: 1

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *