Awal Bermula Perjalanan
Desy Rahma Dhani, seniman perempuan asal Malang yang akrab dipanggil Desy. Desy adalah seniman rupa,khususnya seni lukis. Seniman kelahiran Malang, 31 Januari 1996 ini menjalani proses kreatif disela-sela kesibukannya sebagai ibu rumah tangga. Perjalanan Desy diawali dengan kegemarannya menggambar, saat itu Desy masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Sebuah awal dari perjalanan sangat jarang ditemui jalan mulus, hal itu juga dirasakan Desy. Perjalanan hobinya dalam seni berjalan tanpa dukungan dan fasilitas untuk menunjang bakatnya. Satu hal yang meneguhkan hatinya pada saat itu selain keinginan adalah motivasi dari guru seninya semasa SD.
Hari demi hari berlalu, waktu bergulir begitu cepat dan Desy memilih mengistirahatkan mimpinya sejenak. Setelah sempat vakum untuk beberapa tahun, Desy mencoba membagunkan lagi bakatnya yang sempat terlelap. Desy memulai hidup di Kota Batu setelah menikah. Bangkitanya bakat Desy seakan berjalan lurus dengan kehidupan asmaranya. Desy menjadi istri seorang seniman Kota Batu, Riyanto atau dikenal sebagai Sinyo. 2016 menjadi awal bermula seorang Desy bangkit pada dunia seni. Desy memberanikan diri untuk masuk mengunjungi Galeri Raos tanpa ilmu seni sebagai latar belakang pendidikan. Saat berada di ruang pameran, jiwa Desy dimanjakan dengan keindahan visual yang mengetuk hati Desy untuk mengapresiasi seni. Desy percaya semua karya seakan menjadi mulut untuk menyampaikan pesan dan rasa. Merasa menjadi gelas kosong Desy mencoba bertanya dan berdiskusi dengan seniman yang sedang berpameran di Galeri Raos saat itu. Buah dari pembicaraannya membawa Desy pada kegiatan seni lukis on the spot Festival Kalimas di Surabaya. Mulai saat itu Desy merasa senang berada di dunia seni. Kegiatan tersebut membawa Desy ke kegiatan-kegiatan lukis on the spot lainnya, pada akhirnya Desy masuk kedalam “Koper Jati” atau Komunitas Perupa Jawa Timur. Pada komunitas tersebut terdapat program untuk melukis bersama di beberapa kota di Jawa Timur, setelah kegiatan lukis on the spot dilakukan pameran di ruang seni daerah tersebut.
Seakan tuhan merestui langkah Desy, kegiatan Koper Jati diadakan di Kota Batu kemudian di pamerkan di Galeri Raos. Setelah berpameran di Galeri Raos, Desy mulai aktif di Pondok Seni Batu yang bermarkas di Galeri Raos. Lingkungan sekitar menjadi hal yang ingin disampaikan Desy melalui karya lukisnya. Memperoleh gelar sepanjang masa sebagai istri seniman dengan nama harum di Kota Batu, membuat jalan Desy dalam berkesenian seakan terbuka lebih lebar. Hal ini membuatnya ikut terjun ke dalam dunia seni lebih dalam di Kota Batu. Menjalankan peran sebagai ibu dari 3 balita, Desy menikmati semua perannya. Melukis sambil mengasuh 3 balita bukanlah mudah. Menggores kuas, mencampur warna, lalu anak menangis adalah keseharian yang harus dilalui seorang Desy. Bukanlah menjadi sebuah lampu merah, hal ini membuat Desy menikmati peran bahwa setiap karya yang ia hasilkan menjadi punya cerita untuk pribadi serang Desy. Semua hal yang Desy lalui ia nikmati sebagai perjalanan indah untuk diingat.
Tahun ke Tahun, Ruang ke Ruang
Membahas ruang yang telah disinggahi karya Desy bukanlah jumlah yang sedikit. Jika ditarik garis 5 tahun ke belakang, dari tahun 2019 hingga akhir tahun 2023 setidaknya 9 pameran baik secara langsung di ruang galeri dan alternatif, maupun secara virtual. Tidak hanya dilaksanakan di Kota Batu, pameran Desy juga dilaksanakan di Kota Surabaya. Dalam mengambil tawaran pameran, tentu Desy menimbang beberapa aspek termasuk tema yang diusung oleh pameran tersebut apakah selaras dengan karya-karya yang ia buat. Jumlah pameran yang diikuti Desy sebanding dengan jumlah karya yang diciptakan selama kurun waktu tersebut. Terhitung 17 karya dibuat Desy selama kurun waktu 2019 hingga 2023.
Pada tahun 2019 merupakan tahun dimana Desy produktif mencipta karya. Setidaknya 5 karya tercipta dengan ukuran yang berbeda. Pada tahun tersebut tidak tercatat data pameran yang diikuti oleh Desy. Seni rupa menjadi salah satu subsektor ekonomi kreatif yang menyumbang PDB Nasional sangat tinggi. Industri seni rupa dianggap mempunyai potensi besar secara kualitas, kuantitas, pelaku kreatif, produktivitas, hingga potensi pasar (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Namun pada tahun berikutnya yaitu pada 2020 pada masa pandemi industri seni ikut terguncang. Ajang pameran karya dipaksa berhenti oleh keadaan. Pada masa itu Desy terus berkarya melanjutkan perjalanan kreatifnya, sebanyak 3 karya tercipta pada tahun tersebut. Mencari ruang untuk berpameran tanpa melanggar pembatasan sosial pada masa pandemi, Desy juga sempat mencoba pameran virtual, yaitu pada Pameran Dari Rumah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF). Selain itu karya Desy singgah pada pameran bersama 28 Seniman Muda di Kota Batu bertajuk “Unity”.
Tahun berikutnya 2021 Desy mencipta 3 karya baru. Pada tahun itu pula Desy mengikuti 2 pameran. Pameran Collaboration & Art Culture #PrayForMyanmar secara virtual bersama seniman internasional. Selain itu, Desy mengikuti pameran bersama Perempuan Perupa Kota Batu.
Tahun 2022 Desy kembali aktif ke komunitas yang mengantarkan dirinya pada dunia seni Koperjati. Desy berpameran bersama Koperjati di Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI), Desy berada pada pameran yang sama dengan Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun yang sama Desy mengikuti pameran bersama Pondok Seni Batu di Galeri Raos bertajuk “TimeLine”. Tahun 2023 mengantarkan karya Desy pada 4 pameran, Pameran bersama Pondok Seni Batu di Galeri Raos berjudul “Artpresound”, Pameran Virtual “Turn It Around” dengan karya berupa kartu, Pameran Bersama Perupa Wanita Jawa Timur (PERWAJATI) di Surabaya, dan Pameran bersama perupa perempuan bertajuk “Mendengar Rupa” di Galeri Raos, Kota Batu. Pada tahun tersebut Desy mencipta 4 lukisan dengan kekhasan objek yang selalu dibuat berupa bunga.
Bicara Rupa
Menjadi seniman yang berproses secara otodidak akan melalui beberapa proses untuk apa yang telah dicapai hari ini. Pengalaman membenturkan seniman untuk memunculkan ide dan dadasan untuk proses kreatif seniman. Desy merupakan seniman yang selalu merasa kosong dan gigih berjuang. Semua berawal dari bagaimana dapat menyampaikan cerita atau uga pesan tanpa bahasa. Rupa dipilih sebagai kata oleh seorang Desy yang ingin bercerita. Layaknya seniman lain, dalam prosesnya menjadi seniman Desy aktif mengikuti kegiatan di Galeri Raos. Pameran demi pameran mengantarkan karya Desy ke masyarakat luas.
Awal perjalanan seorang Desy Rahma Dhani adalah melalui lukis on the spot.Tentunya objek yang diusung adalah hiruk pikuk kota dengan gedung tua atau mungkin gedung pencakar langit. Merasa ada yang kurang dengan karyanya, Desy mencoba untuk bereksplorasi terkait bahan, objek, dan teknik. Perjalanan pokok perupaan yang tereksplor dapat dikaitkan dengan latar belakang Desy sebagai perupa perempuan. Pengaruh gender mengantarkan Desy kepada beberapa referensi dan merubah pola pikir, hingga akhirnya menemukan objek bunga sebagai pokok perupaan.
Ditakdirkan bahwa pria berkuasa
Adapun wanita lemah lembut manja
(Ismail Marzuki “Sabda Alam”)
Mengambil tolak dari lagu Sabda Alam yang diciptakan Ismail Marzuki, karya-karya Desy mencerminkan wanita yang lemah lembut. Pemilihan objek berupa bunga dalam lukisan Desy dengan media akrilik di atas kanvas. Ragam bunga yang ada di Indonesia menjadi objek pengantar ide dan topik yang menarik hati Desy. Mencipta bentuk bunga menjadi salah satu cara Desy mengagumi ciptaan Tuhan dengan membuat hal itu abadi dalam suatu karya. Sejauh ini bunga erat hubungannya dengan sosok perempuan, Desy menyetujui hal tersebut bahwa perempuan identik dengan bunga.Objek bunga yang menjadi ciri khas pada setiap karya yang Desy cipta digambarkan secara tidak realis dan terkesan abstrak. Karya-karya yang Desy ciptakan didominasi dengan teknik goresan ekspresif.
Ide bentuk bunga dengan nafas ekspresif bukan tanpa sadar dipilih Desy. Teknik ekspresif dipilih Desy agar setiap orang yang menikmati karyanya bebas untuk memaknai setiap goresannya pada kanvas. Desy sangat menerima sudut pandang penikmat karyanya. Penikmat karya sangat bebas memaknai jika bukan bunga yang muncul dalam imajinasi mereka. Melalui karya yang dominan abstrak ekspresionis penikmat karya dipancing untuk berpikir kemudian membaca deskripsi yang ada dibalik karya Desy. Hal ini dilakukan Desy dengan sengaja sehingga penikmat karya dapat mengetahui cerita yang ingin disampaikan melalui bahasa rupa.
Jumpa Ragam Karya
Dalam prosesnya mencipta sebuah karya, Desy merasa selalu haus dan tidak pernah merasa puas. Ide-ide begitu ramai dalam pikirnya. Bahkan saat mengerjakan sebuah lukisan, muncul ide ide baru yang sangat menggebu untuk ditorehkan pada kanvas. Meredam ego menjadi salah satu cara Desy agar dapat fokus pada satu per satu karya yang ia buat. Desy mencipta karya berdasar apa yang ia sukai pada saat itu. Seperti halnya karya yang berjudul Taman Kecilku, My Flower, Time Out, 3 karya tersebut memiliki banyak kemiripan dari segi visual. Berlatar belakang warna biru muda lalu goresan bunga berwarna merah muda dan unsur lain seperti goresan warna hijau, putih, dan kuning.
Karya berjudul Taman Kecilku dibuat Desy pada kanvas berukuran 120 cm x 10 cm dengan media cat akrilik. Lukisan yang dibuat pada taun 2019 ini menampilkan warna biru muda sebagai latar belakang. Coretan kasar beberapa macam merah muda dihadirkan Desy sebagai bentuk bunga. Warna hijau tua yang disandingkan dengan warna-warna muda seolah hadir sebagai daun pada lukisan tersebut. Lelehan wara yang diberikan pada objek bunga dan daun menambah kesan artistik pada karya tersebut. Semua objek dikomposisikan secara tidak beraturan atau disebut informal balance. Dimana dalam karya tersebut menempatkan warna hijau tua sebagai emphasis dominan di sebelah kanan, sehingga objek terlihat lebih berat ke kanan.
Karya Desy pada tahun 2022 yang diberi judul My Flowers memiliki kemiripan dengan karya berjudul Teman Kecilku. Kemiripan hadir dari segi warna latar belakang. Objek bunga yang dihadirkan memiliki warna lebih beragam. Putih, ungu, kuning, merah muda, dan merah dipilih desi sebagai warna kelopak bunga yang berguguran pada karya ini. Karya My Flower hadir dengan pemilihan komposisi golden ratio, dimana objek ditata lebih rapat di bagian kanan atas karya. Objek-objek kecil lain seperti kelopak bunga mawar dikomposisikan menyebar untuk memainkan irama pada karya tersebut. Warna ungu tua yang hadir seolah berperan menjadi daya ganggu mata namun menambah kesan artistik karya tersebut. Emphasis berapa pada kelopak-kelopak bunga yang bertumpukan menjadi satu.
Satu karya lain yang terlihat seirama dengan karya Taman Kecilku dan My Flower adalah Time Out. Karya berukuran 120 cm x 120 cm ini dibuat pada 2022. Dibuat dengan media cat akrilik pada kanvas, karya ini memadukan warna biru muda, merah muda, putih, dan ungu. Objek bunga hampir memenuhi seluruh bagian kanvas. Warna digores tebal atau dengan teknik impasto lalu tambahkan efek lelehan. Objek dibuat lebih rapat pada bagian tengah kanvas, dan dibuat lebih renggang pada sekeliling objek utama.Warna merah muda tampak mendominasi pada lukisan ini.
Pada ketiga karya tersebut kelopak bunga mawar berwarna merah muda menandakan cinta. Desy ingin menyampaikan keindahan yang ada di dalam seorang perempuan. Desy menyediakan karyanya sebagai bahan perenungan. Setiap penikmat bebas menginterpretasikan visual yang mereka lihat dari karya Desy. Namun yang sebenarkan ingin Desy sampaikan bahwa bunga menunjukan inner beauty, sejatinya indahnya perempuan tidak hanya terlihat secara indrawi melainkan keindahan sejati perempuan indah melalui hatinya.
Judul yg dipilih Desy dalam setiap seri karya yang ia buat selalu eksplisit mewakili visual karya yang dibuat. Seperti judul tidak lepas dari kata Flower yang berarti bunga, taman kecilku, keindahan dari dalam atau inner beauty, dan berbunga atau blooming. Desy selalu konsisten dengan ragam bentuk dan warna. Pada setiap karyanya mencerminkan warna muda sehingga memberi kesan ceria, keindahan, ketenangan, kegembiraan, dan romantisme.
Menjadi istri seorang seniman dengan nuansa naif tidak membuat kekhasan karya Desy terpengaruh. Sinyo yang telah mengarungi dunia seni lebih awal setia men support seorang Desy untuk meniti langkah di dunia seni dengan ciri khas karya yang Desy miliki. Sinyo mengajarkan untuk gambar harus hadir secara mengalir tanpa paksaan. Berkarya bersama dibawah satu atap, mereka berdua sama-sama ingin menyebarkan pesan positif dalam karya yang mereka cipta. Penyampaian objek begitu berbeda, dimana Sinyo menghadirkan gambar naif dan karikatur. Sedangkan Desy tetap setia dengan warna muda dan objek utama bunga.Seakan berada dalam satu gerbong kereta yang sama, Sinyo dan Desy dapat melintasi dunia seni secara bersamaan. Hal ini juga memunculkan motivasi dari hati mereka berdua untuk maju bersama.