Sebagian besar orang menganggap bahwasanya menjadi seorang seniman adalah bentuk dari sebuah profesi. Apabila disandingkan dengan profesi lain seperti seorang dokter dapat dipastikan keduanya sangat bertolak belakang. Meski demikian, bukan hal yang tidak mungkin jika tidak ada yang berprofesi sebagai dokter sekaligus merangkak menjadi seorang seniman. Sebut saja salah seorang wanita bernama Dyah Retno Wulandari yang merupakan seniman sekaligus dokter asal di Kota Batu, Malang. Dyah sendiri adalah dokter spesialis penyakit dalam di RSU Karsa Husada Batu. Ia dikenal dengan sebutan seniman yang menggeluti hobi dan passion di berbagai bidang seperti lingkungan, kesenian, kesehatan hingga kuliner.
Sebagai seorang dokter yang memiliki segudang kesibukan, Dyah kerap kesulitan dalam hal membagi waktu antara kedua profesinya tersebut. Di sela-sela aktivitasnya dimana ia sedang menggarap sebuah karya, beberapa kali harus terhenti ditengah jalan karena urusan mendesak lainnya. Terdapat banyak penelitian yang sudah membuktikan bahwa art therapy dapat membantu seseorang untuk meningkatkan kesejahteraan psikologisnya. Sama halnya dengan Dyah yang mengakui betapa efektifnya seni sebagai alternatif untuk meluapkan emosi dan perasaannya.
Selama berkarya, Dyah Retno mengalami transisi dari segi media yang digunakannya mulai dari pensil, akrilik, cat minyak, hingga watercolor. Sebelum menekuni tema alam dan lingkungan, Dyah mengaku senang akan menggambar ekspresi wajah dan portrait dengan menggunakan media pensil atau cat akrilik. Untuk objek yang dianggapnya bervolume, ia cenderung menggunakan akrilik atau cat minyak, sedangkan untuk floral painting Dyah lebih senang menggunakan teknik watercolor. Sebagai seniman yang kesulitan dalam hal membagi waktu, Dyah menganggap bahwa melalui teknik watercolor ini ia merasa jauh lebih praktis dan mendapatkan banyak insight baru dalam berkarya. Bukan hanya sekedar hobi semata, rupanya Dyah aktif mengikuti pameran hingga ikut bergabung di beberapa komunitas seni seperti IDSBA (Indonesian Society of Botanical Artist) dan IWC (Internatinal Watercolor Society Indonesia).
Ketertarikan Dyah dalam dunia seni rupanya tidak berhenti sampai disitu, di akhir tahun 2021 hingga sekarang ia sudah mengikuti lebih dari 10 pameran baik lokal hingga internasional. Ia pun sempat berkomitmen pada dirinya bahwa setidaknya ia harus mengikuti paling sedikit satu
pameran tiap tahunnya. Belum puas dengan pencapaiannya, Dyah kembali membuka usaha kuliner yakni Palawijaya Warung Keluarga yang lagi-lagi mengusung konsep Botanical Art. Disetiap sudut area warung, sengaja di isi dengan berbagai lukisan tanaman serta ornamen-ornamen seni lainnya. Tidak jarang warung keluarga ini juga mengadakan lomba mewarnai yang diperuntukkan kepada anak-anak. Di bagian dalam warung terdapat sudut seni yang dilengkapi dengan alat menggambar dan melukis serta terdapat buku hingga lukisan Dyah sendiri yang bertemakan tumbuh-tumbuhan.
Botanical Art sendiri rupanya menjadi fokus Dyah saat ini dalam membuat karya. Botanical Art juga dikenal sebagai seni yang memadukan antara botani (sains) dan seni (lukis)1. Seni botani tidak hanya bertujuan untuk menciptakan karya seni yang indah, tetapi juga memiliki unsur ilmiah yang kuat. Para seniman botani berusaha mereproduksi tumbuhan dengan akurasi ilmiah, termasuk detail struktural dan karakteristik unik. Selain senang dengan tumbuhan, karya botani yang Dyah buat juga kadang kala digunakan sebagai media edukatif yang diwujudkan ke dalam bentuk deskripsi karya.
Di salah satu karyanya yang berjudul “Memories” ia kerap melukiskan setangkai bunga berwarna merah burgundy berukuran 42 x 59 cm dengan mengunakan media watercolor. Lukisan ini cukup menarik perhatian masyarakat hingga sempat mengikuti pameran online JIWI (Japan International Watercolor Institute) di negara sakura yakni Jepang yang diadakan pada tahun 2022 kemarin. Sekilas karya ini terlihat simple namun indah, tapi siapa sangka bahwasanya seniman ternyata menyampaikan pesan yang dapat dibilang cukup implisit. Dimulai dengan gradasi kelopak bunga pada bagian atas yang terlihat masih fresh hingga pada bagian kelopak terbawah yang tone warnanya semakin menggelap. Rupanya hal ini merepresentasikan ingatan-ingatan yang dimiliki oleh manusia. Kelopak bagian atas di ibaratkan sebagai ingatan yang baru dan masih sangat melekat dipikiran, sedangkan kelopak bagian bawah di ibaratkan sebagai ingatan-ingatan yang sudah lama hingga lambat laun mulai terlupakan.
Seperti halnya lukisan-lukisan Dyah yang cukup beragam lainnya, rupanya ia memperoleh inspirasi dari berbagai sumber, salah satunya yaitu kegiatan menanam yang menjadi hobi sedari dulunya serta isu-isu sosial yang ia anggap cukup menarik untuk diangkat menjadi sebuah karya.
Proses kreatif sebagai seorang seniman botani mengharuskan Dyah melibatkan tiga aspek utama yakni pengetahuan terhadap botani, kepekaan artistik hingga keterampilan teknis. Sebagai anggota komunitas IDSBA, nyatanya karya botani dibuat tidak semata-mata hanya memperhatikan sisi visualnya saja melainkan terdapat banyak ketentuan yang harus dicapai seperti variasi bentuk, warna, dan tekstur tumbuhan yang mendetail serta kemiripan yang nyaris persis antara objek nyata dan objek yang digambarkan.
Sebagai seorang ibu, Dyah terlihat ikut memperkenalkan dunia seni kepada ketiga anaknya. Tidak jarang ia mengikutsertakan anak-anaknya ke berbagai kegiatan seperti lomba mewarnai dan lain-lain. Bagai buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya, ketiga anaknya juga nampak begitu tertarik akan seni.
Perjalanan Dyah menjadi seorang seniman disimpulkan dapat memukau siapa saja yang mendengarnya. Mulai dari bagaimana ia yang merupakan seorang dokter dengan segudang kesibukan yang luar biasa harus bisa membagi waktu dalam menekuni aktivitas seni nya. Namun semua itu tidak dianggap sebagai hambatan baginya, justru dengan profesinya sebagai seniman itu ikut menjadi andil saat ia menepiskan kesibukan-kesibukannya lain dan rehat sejenak dari huru hara duniawi. Semakin kesini Dyah nampak semakin produktif dalam menciptakan karya hingga mengikuti berbagai macam pameran. Ia mengatakan akan terus melanjutkan karirnya sebagai seorang seniman dan mengeksplor lebih dalam terkait dunia seni.
1Ishlahiyah, A (2023). Seniman Botani Indonesia Mencuri Perhatian RHS Botanical Art Show 2023. Indonesia