Nadia Vina Maharani Merupakan seniman asal Batu yang lahir di Kota Malang, 22 Juni 1997. Di Awal terjunnya Nadia sudah tertarik dalam dunia seni. Nadia menggeluti dunia seni sejak duduk dibangku SMK di Batu yakni, SMK 3 Batu dengan jurusan animasi selanjutnya menempuh perguruan tinggi dengan mengambil jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Negeri Malang (UM), dan meraih sarjana Desain Komunikasi Visual (DKV) UM Malang pada tahun 2017. Karena Nadia melibatkan karyanya dulu dengan media digital. Sebagai seorang yang dulunya mahasiswi Desain Komunikasi Visual (DKV), Nadia membawa keberagaman dalam seninya dengan menyatukan elemen-elemen tradisional dan modern yang tidak sekedar media digital tetapi menjadi wadah eksplorasi yang membuka pintu inovasi dan kreativitas dalam seni rupa. Keeratan Nadia dengan media digital juga mencerminkan kepribadiannya yang selalu berinovasi terhadap perubahan dan perkembangan yang dulunya mahasiswi DKV menjadi senimannya yang merangkul teknologi dalam digital yang memberikan contoh bagaimana seni selalu bergerak seiring perkembangan waktu. Sejak itu Nadia pada tahun 2017 mengikuti pameran seni rupa perdananya di “Batu Hari Ini” Poponopo Art Exhibition yang berlangsung di Galeri Raos Batu, hingga 2023 sekarang aktif dalam pameran terakhirnya yang diikuti “Art Jakarta Scene” di Jakarta.
Pada awal Nadia mempunyai ketertarikan dalam budaya Malang khususnya Topengan Malangan yakni diajak bersama temannya sebagai seniman dengan mengikuti pembuatan Mural yang bertema Malang Heritage, dari situlah Nadia sang seniman melihat malang mempunyai banyak potensi khususnya dengan punya banyak tradisi seperti Topeng Malangan tersebut. Kesenian Topeng Malang merupakan salah satu warisan budaya yang kaya dari Indonesia dengan sejarah yang dalam dan unik. Sejarah topeng Malangan lahir sekitar abad-19 yang ada di kota Malang, Jawa Timur. Topeng Malangan memiliki ciri khas yang unik, dengan bentuk yang spesifik dan ukiran yang rumit. Topeng Malangan awalnya sebagai ekspresi seni rakyat yang biasa digunakan untuk berbagai upacara adat, pertunjukan rakyat, dan ritual keagamaan.Dari situlah Nadia menemukan ketertarikan untuk mencapai kesenian Topeng Malangan sebagai ide proses kreativitas dan mulai jatuh cinta terhadap budaya Malang yakni Topeng Malangan.
Pada masa menempuh pendidikannya sebagai anak DKV Nadia ketertarikan dalam dunia kesenian topeng malangan menjadi meningkat, sebagai banyak mencari tahu seputar sejarah maupun Topeng Malangan tersebut. Dalam ketertarikan tersebut topik dalam skripsinya dijadikan Topeng Malangan itu menjadi Objek skripsinya dengan mengangkat cerita-cerita Topeng Malang dalam karya ilustrasi. Semasa Dalam mencari inspirasi , Nadia mencari tahu tentang Topeng Malangan Itu sendiri dengan bersumber Internet, berwawancara kepada salah satu teman dengan bernama Binar dengan kenal dalang-dalang dan cerita Topeng Malangan itu sendiri. Pencarian sumber tidak sampai disitu saja, Nadia menemui seorang Maestro yang bernama Ki Soleha yang merupakan seorang Dalang yang mengetahui seputar sejarah Topeng Malangan bertempat di Tumpang.
Dari berbagai sumber yang ada Nadia mulai mengeksplorasi bahwa kesenian Topeng Malangan itu sendiri dipelajari dengan baik mulai dari segi visual, cerita,makna, dan tujuan yang disampaikan. Dalam berproses ide dan kreatif yang dituangkan dalam karyanya Nadia menggambarkan Topeng dengan separuh wajahnya memiliki makna terdalam visual yang ditemukan informasi oleh Dalang tersebut bahwa wayang topeng bisa berinteraksi kepada Dalang. Sebaliknya digambarkan dalam Topeng dengan full wajah dengan kata Dalang tidak bisa berinteraksi atau mengobrol kepada Dalang tersebut.
Seniman kelahiran 1997 memulai proses kreatif dengan ide yang di awal yang dimana sudah terkonsep dahulu. Selain mempelajari tentang Topeng Malangan itu sendiri Nadia juga mempelajari sedikit-dikit juga mempelajari Wayang yang belajar oleh kerabatnya yakni kakak kandungnya sebagai tambahan untuk menambah wawasan yang luas dengan menjadi sumber proses kreativitasnya yang ada. Selanjutnya dengan informasi yang dibutuhkan, jika sekiranya informasi yang didapatkan nyambung dalam konsep dibuat kesimpulan lalu memulai proses visual. Dalam merencanakan proses visual melalui tahap sketsa dengan 2 atau 3 kertas konsepan dengan mencari juga komposisi yang pas menurut Nadia lalu langsung dieksekusi melewati media Kanvas.
Nadia, Seorang Seniman yang penuh semangat dan kreativitas, telah memilih tema Kesenian Topeng Malangan Lebih mendalam untuk menyampaikan keunikan psikologi, emosional dan sifat-sifat manusia. Dalam setiap goresan kuasnya Nadia selalu memakai Akrilik dengan penggunaan warna vibrant yang cerah dan kontras menjadi ciri khas karya Nadia yang menggambarkan keberanian dengan semangat yang terpancar dari setiap goresan kuas. Warna- warna yang dipilih dalam proses kreativitas saat berkarya tidak terlepas dengan warna primer seperti Merah, Biru, Kuning membuat lukisan Nadia dipilih tidak hanya dipandang oleh mata melainkan sebagai bahasa visual yang dituangkan untuk berekspresi dengan perasaan, emosi,dan ekspresi saat berkarya.Nadia juga berusaha menyampaikan pesan-pesan yang mendalam secara kompleks yang mencerminkan aspek-aspek dengan keinginannya untuk tidak hanya menciptakan karya seni yang indah secara visual tetapi juga menyampaikan pesan mendalam kepada para penikmat seni.Nadia juga memikirkan pemilihan media setiap goresan kuas yang menuangkan ide kreatifitasnya saat berkarya, melalui pemilihan media mulai dari kanvas dengan karyanya memberikan dimensi yang kaya dan kedalaman visual pada setiap lukisan.
Mulai dari segi karakternya Jadi dalam proses kreativitas ingin mengangkat karakter-karakternya yang memiliki desain yang khas dengan menggambarkan tokoh-tokoh mitologis, sehingga Nadia membuat kisah mereka sendiri dengan khas mulai dari warna yang memiliki makna dan simbolis tertentu. Seperti contoh lukisan yakni dengan berjudul “ Surup”. Lukisan ini dibuat pada tahun 2022 dengan ukuran Akrilik pada Kanvas yang berukuran 80 x 40 cm. Lukisan ini menggambar senja sore hari di Kalimantan berwarna kuning yang sedang dilanda penyakit, sedangkan senja merah dihubungi dengan orang meninggal dengan matahari didalam cengkramannya, biasanya menghubungkan kematian terdapat Yamadipati penunggu kematian dengan anjing bermata 4. Pada lukisan ini menggunakan cat Akrilik sebagai medianya. Terdapat elemen visual pada karya Nadia, Yamadipati merupakan divisualkan tokoh wayang yang malaikat pencabut nyawa sebagai penunggu kematian seseorang dengan bersama dua anjing yang setia dengan bermata menyeramkan. Dua visual tersebut diperlihatkan menyeramkan dengan berwarna merah yang melambangkan memperkuat karakter yang merupakan penjaga neraka. Terdapat bola yang berwarna Jingga Kemerahan memvisualisasi bahwa mencengkram senja seperti mengartikan bahwa ada penanda buruk.
Lukisan, sebagai bentuk seni visual, sering kali menjadi medium yang kuat untuk menyampaikan makna dan ekspresi yang mendalam. Dalam karya lukisan yang dikonsep oleh Nadia, ekspresi menjadi komunikasi visual yang kuat. Lukisan ini mengandung makna yang ekspresif, yang tidak hanya menciptakan sebuah karya seni visual, tetapi juga sebuah narasi yang kompleks dan penuh makna. Penekanan pada objek lukisan secara keseluruhan menciptakan kesan yang unik Dengan mengeksplorasi konsep senja, Nadia mengajak penonton untuk merenung tentang ketidakpastian dalam hidup, sebagaimana yang direpresentasikan dalam cerita penokohan pada yamadipati. Penokohan pada yamadipati menjadi sebuah karakter untuk perjalanan hidup, di mana kebaikan dan keburukan seringkali saling bersilangan. Pilihan senja sebagai latar belakang menunjukkan bahwa kehidupan tidak selalu menghadirkan kepastian, melainkan juga ketidakpastian yang dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari kisah setiap individu. Keberanian Nadia dalam menyampaikan bahwa senja tidak menentu tentang hal baik menurut cerita penokohan pada yamadipati memberikan kesan psikologis yang dalam pada lukisan ini. Karakter-karakter wayang yang dihadirkan dengan penuh kekuatan dan ekspresi wajah yang tegas mungkin mencerminkan kompleksitas batin manusia.
Dalam setiap sikap dan ekspresi karakter-karakter ini, mungkin tersembunyi konflik batin, moral, yang menjadi bagian dari kehidupan setiap individu. Nadia dengan lincahnya menggunakan elemen-elemen visual untuk menyampaikan kompleksitas ini kepada penonton, menciptakan karya yang tak hanya indah secara visual tetapi juga memikat secara emosional. Dalam konteks seni visual, senja bukan hanya menjadi latar belakang yang indah tetapi juga menjadi metafora yang kuat. Dalam konteks cerita penokohan pada yamadipati, senja dapat diartikan sebagai peringatan akan kemungkinan akan datangnya keburukan, sekaligus menjadi panggilan untuk tetap waspada dan kuat di tengah kehidupan yang penuh ketidakpastian. Warna yang vibrant juga dapat diartikan sebagai ekspresi dari kehidupan yang penuh warna, bahkan dalam adanya tentang keburukan. Dalam hal ini, karya lukisan Nadia tidak hanya sekadar gambar visual tetapi juga sebuah kisah yang ingin disampaikan. Keberanian dan keteguhan karakter-karakter wayang yang dihadirkan di dalam senja mencerminkan pesan moral atau filosofis yang ingin disampaikan oleh seniman. Dalam lukisan Nadia dengan latar belakang senja, karakter-karakter wayang yang kuat, dan pilihan warna yang berani membentuk sebuah karya seni yang tidak hanya memanjakan mata tetapi juga merangsang pikiran. Dengan memasuki alam visual yang diciptakan oleh Nadia, penonton diundang untuk meresapi setiap detail, mendekati cerita penokohan pada yamadipati, dan merenungkan pesan-pesan dalam lukisan ini. Keberanian Nadia dalam menyampaikan pesan yang kompleks dan dalam melalui medium lukisan menjadi suatu bentuk kontribusi berharga dalam dunia seni rupa yang terus berkembang.
Selain Nadia berkarya di media yang sering dijumpai seperti kanvas dan triplek yang tidak terbatas dengan media konvensional, tetapi Seniman tersebut mencoba mengeksplorasi pada media dinding yakni mural. Nadia memulai mural pada tahun 2017 di Batu Mural Competition sekedar hanya ingin mencoba untuk mengeksplorasi media yang sekarang menjadi salah satu ketertarikan Nadia dalam berkarya di seni rupa. Salah satu karya mural Nadia yang berkesan menurut seniman selama dia mengeksplorasi karya dinding yakni melukis salah satu pemilik art space yang menyukai Bapang Dengan berjudul Bapang dengan berukuran 9,5 x 2,80 M. Mural ini menggambarkan salah tokoh topeng Malangan yang menceritakan Bapang menggambarkan tokoh yang berkarakter dengan gagah berani tetapi ia memiliki sifat dan watak yang ugal-ugalan atau semena-mena. Elemen visual yang digambarkan pada mural Bapang memiliki warna wajah yang merah, dengan hidung yang panjang dan mata yang besar. Warna wajahnya yang merah memvisualisasikan sifatnya yang pemarah dan pemberani. Terdapat ornamen bulu yang divisualisasikan melebarkan sepasang sayap yang di buat spontan oleh Nadia sendiri, lalu juga terdapat objek Naga yang sering muncul pada wayang untuk penambahan ornamen tersebut. Dalam mural ini divisualisasikan dalam ide kreativitas Nadia yang dipadukan cerita pertopengan Malang secara ekspresif yang dianggap bisa memberi point on view Bapang pada mural tersebut. Karya Mural yang berkesan ini Nadia Menyampaikan Karakter dari Bapang sendiri sebagai sosok pemarah dan pemberani yang memiliki makna dan cerita tersendiri. Topeng – topeng ini bukan hanya sebagai penanda benda seni visual , tetapi juga menyampaikan cerita dan pesan moral tersebut sampaikan dalam budaya Jawa.
Kedua karya seni, ‘‘Surup‘‘ dan ‘‘Bapang‘‘, yang dihasilkan oleh Nadia, menandakan sebuah g mendalam dalam warisan seni budaya Indonesia, khususnya dalam Kesenian topeng Malangan. Sebagai seniman, Nadia berhasil menangkap esensi cerita-cerita tradisional yang tertanam dalam Topeng malangan dan menghadirkannya dalam karya seninya dengan sentuhan kreativitas yang unik dan inovatif. ‘‘Surup‘‘ dan ‘‘Bapang‘‘ bukan hanya sekadar reproduksi visual dari cerita- cerita tradisional, melainkan juga sebuah ekspresi seni yang mencerminkan pemahaman dan juga penambahan dalam kreativitas pribadi seniman terhadap warisan budaya. Dalam ‘‘Surup‘‘, terlihat bahwa Nadia tidak hanya mengekspresikan karakter tradisional dari topeng Malangan tetapi juga menciptakan narasi visual yang mengajak penonton untuk meresapi kekuatan dalam cerita yang digambarkannya. Penggabungan elemen-elemen tradisional dan modern di dalam karya ini menjadi sebuah pernyataan seni agar penikmat seni dapat menangkap visual tersebut sebagai memperluas pandangan budaya yang dikemas dan di inovasi dalam sebuah karya seni. Karakter ‘‘Bapang‘‘ sebagai bagian dari topeng Malangan menjadi simbol kekuatan yang diinterpretasikan oleh Nadia dengan sentuhan visual yang kuat dan penuh makna. Dengan merangkai elemen- elemen tradisional dan modern, Nadia menciptakan sebuah karya seni yang tidak hanya indah secara visual tetapi juga menggugah pemikiran. Kreativitas Nadia dalam menggabungkan unsur- unsur tradisional dan modern dalam karyanya menciptakan sebuah narasi seni yang membuka ruang untuk interpretasi yang beragam. Dalam hal ini, Nadia tidak hanya menjadi seniman tradisional tetapi juga inovator yang membawa warisan budaya terhadap Kesenian Topeng Malangan itu sendiri. ‘‘Surup‘‘ dan ‘‘Bapang‘‘ tidak hanya menjadi objek visual yang menarik tetapi juga menjadi wadah untuk penikmat seni untuk merasakan dan meresapi kekayaan budaya Indonesia.
Selain memperkaya seni yang dihasilkan, Nadia juga aktif keikutsertaannya dalam komunitas seni yang ada di kota Batu, terutama “Pemuda Bundle” sebagai wadah para seniman muda yang memberikan perkumpulan untuk berbagi ide, menciptakan kolaborasi, dan mendiskusi isu isu seni yang sedang menjadi pembicaraan hangat. Melalui komunikasinya, Nadia dapat mendapatkan dukungan dan apresiasi atas karya-karyanya yang sekaligus memperluas cakupan pengaruh seninya. Lalu juga membuktikan Nadia bahwa kolaborasi dan interaksi dengan komunitas seni lokal adalah bagian yang penting dalam perkembangan seorang seniman. Selanjutnya komunitas “Pondok Seni (Galeri Raos)”, sebagai galeri seni lokal yang memberikan wadah untuk memamerkan karyanya kepada publik. Melalui pameran-pameran yang diselenggarakan oleh galeri ini, karya-karya Nadia bisa menjadi lebih terkenal dan mendapatkan respon langsung dari para penikmat seni. Pameran bukan hanya menjadi sekedar menjadi ajang untuk mendapatkan apresiasi, tetapi juga sebagai kesempatan untuk mengukur dampak karya seninya di masyarakat dan membangun reputasinya sebagai seniman yang kreatif dan berbakat.
Nadia, sebagai seorang seniman yang berbakat, tidak hanya memiliki potensi untuk mencapai puncak kreativitas dalam berkarya, melainkan juga menunjukkan bahwa terlibat dalam dunia seni dan komunitas seni memiliki dampak besar. Nadia bukan hanya memperluas jaringan profesionalnya sebagai seniman, tetapi dengan melalui koneksi dalam interaksi dengan sesama seniman dan pencinta seni, tetapi juga memperdalam pemahamannya terhadap seni lokal di Batu. Pengetahuan ini bukan hanya memberikan Pengetahuan wawasan tambahan pada karyanya, Dengan melalui pertemuan antar sesama seniman dan pencinta seni, Nadia tidak hanya memperluas jaringan dalam profesionalnya, tetapi juga dengan meningkatkan pemahamannya terhadap seni lokal yang ada di Batu.