Menilik Topeng Malangan di Balik Karya-karya Nadia

Nadia Vina Maharani, seorang seniman dan akademisi yang dikenal lewat karyanya yang khas, telah menciptakan sebuah jejak artistik yang mencolok di dunia seni rupa. Lahir dari keluarga sederhana yang menjajak pendidikan sebagai mahasiswa di Universitas Negeri Malang pada tahun 2015 dengan jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV), Nadia telah berhasil memadukan kecintaannya terhadap seni dengan pengalaman akademisnya. Awal perjalanan seninya terbentuk ketika Nadia mengambil jurusan animasi di SMKN 3 Kota Batu. Keputusan tersebut mengantarnya untuk mendalami lebih dalam dunia seni, dan perjalanan ini berlanjut ketika Nadia melanjutkan pendidikannya di jurusan DKV di Universitas Negeri Malang. Kombinasi pengalaman ini memberikan Nadia dasar yang kokoh dalam menggali potensi kreatifnya dan mengembangkan pemahaman mendalam tentang seni rupa. 

Selain kesibukannya dalam dunia akademis, Nadia juga aktif terlibat dalam kegiatan seni di luar kampus. Terlibat dalam kegiatan mural dan pameran seni di sekitar Malang dan Batu, Nadia turut memberikan kontribusi positif pada perkembangan seni rupa lokal. Partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya mengukuhkan posisinya sebagai seniman, tetapi juga menjadikan karyanya lebih akrab di kalangan masyarakat. 

Dengan perjalanan seni yang terus berkembang, Nadia tidak hanya menjadi nama yang dikenal dalam lingkup akademis, tetapi juga sebagai seniman yang mampu menciptakan karya-karya berkesan dengan identitas visual yang kuat. Melalui dedikasinya terhadap seni dan kontribusinya dalam memperkaya budaya seni di Malang dan sekitarnya, Nadia menjadi inspirasi bagi generasi seniman yang akan datang. 

Salah satu ciri khas utama dalam karya seni Nadia adalah penggunaannya yang konsisten terhadap objek visual topeng Malangan. Topeng Malangan, dengan estetika dan kekhasan bentuknya, menjadi objek visual yang sering dihadirkan dalam karya-karya Nadia. Pilihan ini tidak hanya menciptakan identitas visual yang unik bagi seniman ini, tetapi juga memberikan kedalaman simbolis pada karya-karyanya. 

Melalui perjalanan seninya, menjadikan topeng Malangan sebagai inti dari karyanya, dan hal ini menjadi tidak hanya sebuah tema artistik tetapi juga bagian dari eksplorasi mendalam

akan budaya tradisi lokal. Awalnya, ketertarikan Nadia terhadap topeng Malangan muncul ketika dia mengikuti kegiatan mural di flyover Arjosari, di mana Nadia diajak oleh seseorang bernama mas Bundu. Partisipasinya dalam kegiatan mural tersebut memberikan Nadia kesempatan untuk lebih mendalami dan mengenal budaya tradisi topeng Malangan. Sejak saat itu, ketertarikan ini membimbingnya untuk mencari informasi lebih lanjut tentang aspek-aspek budaya tersebut. Nadia tidak hanya terbatas pada aspek visual topeng Malangan, tetapi juga merambah ke dalam cerita, makna, dan tujuan di balik setiap topeng tersebut. 

Ketertarikan mendalam Nadia terhadap budaya tradisi topeng Malangan tercermin dalam karyanya, di mana tema topeng Malangan menjadi pusat perhatian dan inspirasi utama. Pendekatan ini membawa Nadia untuk menggali lebih dalam pemahaman tentang aspek-aspek psikologis, emosional, dan sifat-sifat manusia yang tercermin dalam setiap wajah topeng. Topeng Malangan, dalam karya-karya Nadia, bukan hanya menjadi objek visual yang estetis, tetapi juga medium yang mengandung pesan mendalam tentang manusia dan kehidupan. Selain itu, topeng malangan juga menjadi bahasan utama dalam skripsinya. 

Pilihan Nadia untuk fokus pada topeng Malangan dalam karya-karyanya memiliki tujuan lebih dari sekadar ekspresi artistik. Nadia menggunakan objek visual ini sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan filosofis dan psikologis kepada penikmat karyanya. Dengan mendalami aspek-aspek budaya tradisi topeng Malangan, Nadia berusaha menggambarkan kompleksitas manusia, mengeksplorasi ragam emosi, dan membangun naratif visual yang mengajak pemirsa untuk merenung tentang kehidupan dan budaya lokal. Hal tersebut menjadi salah satu usaha bagi nadia dalam menyampaikan warisan dan makna dari budaya tradisi topeng Malangan kepada generasi masa kini dan mendatang. 

Dalam beberapa karyanya, Nadia memilih untuk menggambarkan topeng Malangan dengan membagi visualnya menjadi dua bagian, menampilkan hanya separuh wajah. Keputusan ini tidak hanya menjadi pilihan artistik semata, tetapi juga mengandung makna mendalam yang ingin disampaikan oleh seniman ini. Nadia menggunakan seni visual sebagai medium untuk menyampaikan narasi dan filosofi yang terkandung dalam budaya tradisi topeng Malangan. Konsep ini diperkuat oleh cerita yang berkembang dalam budaya tersebut. Menurut kepercayaan dan cerita tradisional, topeng yang digambarkan dengan hanya separuh wajahnya diyakini memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan dalangnya. Sebaliknya, topeng yang

digambarkan secara utuh mewakili ketidakmampuan untuk berkomunikasi langsung dengan dalang. Menurut legenda, topeng yang utuh hanya bisa pasrah terhadap kemauan dalang, tanpa kemampuan untuk berinteraksi atau berkomunikasi. Melalui karya-karya seninya, Nadia mencoba menyampaikan pesan filosofis tentang hubungan antara topeng dan dalang dalam tradisi Malangan. Pemisahan visual wajah menjadi dua bagian menggambarkan dualitas antara topeng yang mampu berinteraksi dan yang hanya bisa pasrah. Ini menciptakan narasi visual yang menarik, membiarkan penonton terlibat dalam interpretasi sendiri mengenai keterlibatan dan keterbatasan yang tercermin dalam setiap karya. 

Nadia Vina Maharani mempersembahkan karya-karya seninya sebagai suatu perjalanan visual yang mengangkat nuansa dan karakter zaman dulu melalui topeng-topeng tradisional Jawa, seperti panji, klono, dewi sekartaji, bapang, dan lainnya. Dalam eksplorasinya, Nadia menciptakan ilustrasi wajah manusia yang memakai topeng, menghadirkan pesona dan kedalaman yang terkandung dalam setiap karakter tersebut. Topeng-topeng tradisional Jawa yang sering dihadirkan oleh Nadia menjadi jendela terbuka bagi penikmat seni untuk menjelajahi warisan budaya yang kaya dan penuh makna. Panji, klono, dewi sekartaji, bapang, dan karakter-karakter lainnya bukan sekadar objek visual dalam karya seni Nadia, melainkan menjadi simbol dari cerita dan warisan tradisional yang ingin diabadikan oleh seniman ini. 

Dalam setiap ilustrasi wajah manusia yang memakai topeng, Nadia mencerminkan karakteristik khas dari masing-masing tokoh zaman dulu. Pemilihan ornament-ornament pada topeng, seperti motif dan warna, tidak hanya bersifat dekoratif, tetapi juga memuat makna simbolis yang mencerminkan sifat, kepribadian, atau cerita yang terkait dengan karakter tersebut. Panji, misalnya, mungkin diilustrasikan dengan warna dan ornamen yang mencerminkan keberanian dan kejujuran. Klono, dengan daya tarik komik dan keceriaan, dapat diwujudkan melalui warna-warna cerah dan motif yang menggambarkan kekocakan. Sementara dewi sekartaji mungkin dihadirkan dengan keanggunan dan kelembutan, tercermin melalui pilihan warna yang lembut dan ornamen yang elegan. Bapang, dengan sifatnya yang sering diasosiasikan dengan keberanian dan keangkeran, mungkin diilustrasikan dengan warna-warna yang kuat dan ornamen yang mencerminkan kegagahan. Setiap elemen visual ini, dipilih dan disusun dengan cermat oleh Nadia, memberikan kedalaman pada setiap karya dan membangkitkan rasa nostalgia serta apresiasi terhadap karakter-karakter zaman dulu.

Dengan demikian, karya-karya Nadia Vina Maharani tidak hanya menghadirkan keindahan dalam mengolah objek visual, tetapi juga menjadi cerminan kebijakan budaya, interaksi manusia dengan tradisi, dan eksplorasi mendalam tentang hubungan antara seniman dan karya seni. Melalui representasi visual topeng Malangan yang unik dan penuh makna, Nadia memberikan kontribusi berharga dalam memahami dan merayakan kekayaan budaya lokal, sambil menciptakan karya seni yang menginspirasi dan merangsang pikiran penontonnya. 

Proses kreatif yang diterapkan oleh Nadia Vina Maharani dalam pembuatan karya seninya merupakan sebuah perjalanan terorganisir yang dimulai dengan langkah-langkah sistematis. Keseluruhan proses ini mencerminkan dedikasi dan pendekatan yang matang dalam menghasilkan karya seni. Pertama-tama, proses kreatif dimulai dengan pencarian ide. Nadia meyakini bahwa fondasi setiap karya seni terletak pada ide yang kuat dan berkonsep. Oleh karena itu, dia mengawali perjalanan kreatifnya dengan merumuskan ide-ide yang akan menjadi landasan karyanya. Proses ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang konsep yang ingin diungkapkan, termasuk interpretasi pribadi dan visi seniman terhadap tema tertentu, seperti topeng Malangan dalam kasusnya. Langkah berikutnya adalah memikirkan secara visual bagaimana ide-ide tersebut akan diwujudkan, termasuk pemilihan media, teknik, dan gaya visual yang sesuai. Proses tersebut menuntut keahlian teknis dan pemahaman mendalam tentang eksekusi visual yang sesuai dengan konsep yang telah dirancang. Setelah merancang secara visual, Nadia membuat sketsa awal sebagai landasan konkret, memungkinkan eksplorasi komposisi, proporsi, dan elemen-elemen lainnya sebelum pembuatan karya utama. Proses kreatif mencapai puncaknya saat Nadia mencari komposisi yang “enak” atau seimbang, mengatur elemen-elemen visual untuk menciptakan keseimbangan harmonis yang memperkuat pesan yang ingin disampaikan. 

Media yang digunakan oleh Nadia, seperti akrilik pada kanvas, triplek, dan mural, memberikan dimensi lain pada karya-karyanya. Teknik layering plakat dengan pemilihan warna yang bertabrakan tidak hanya menonjolkan keberanian dan semangat, tetapi juga menghadirkan keindahan visual yang mendalam. Warna-warna yang mencolok dan teknik layering yang cermat menciptakan harmoni visual yang memukau, mengundang penikmat seni untuk meresapi setiap ornament, detail dan nuansa yang disampaikan melalui karya-karya Nadia. Kombinasi antara teknik dan narasi visual yang terkandung dalam setiap karya menciptakan karya seni yang bukan

hanya estetis, tetapi juga sarat dengan makna dan filosofi dalam setiap warna yang digunakan. Karya-karya Nadia ini tidak hanya dibatasi pada media konvensional, tetapi Nadia juga merambah ke media digital, mencerminkan keterlibatannya yang mendalam dalam dunia teknologi, yang sejalan dengan latar belakangnya sebagai mahasiswa DKV. 

Kegiatan seni Nadia semakin berkembang berkat keikutsertaannya dalam komunitas seni kota Batu, seperti “Pemuda Bundle” dan Pondok Seni Galeri Raos. Dalam komunitas-komunitas ini, Nadia tidak hanya menemukan dukungan teman sejawat, tetapi juga merasakan kehangatan dan keberagaman ide-ide kreatif. Kolaborasi dan pertukaran ide dengan seniman-seniman sebaya melalui komunitas-komunitas ini membantu mengasah dan memperluas pandangannya dalam dunia seni. Melalui perjalanan seninya yang beragam dan berwarna, Nadia Vina Maharani bukan hanya sekadar seniman visual, tetapi juga penjelajah budaya yang gigih. Penggalian mendalamnya terhadap budaya tradisi topeng Malangan dan keterlibatannya dalam kegiatan seni lokal menunjukkan dedikasinya terhadap pelestarian dan pengembangan seni rupa di tingkat lokal. Karya-karya Nadia bukan hanya sebuah wujud ekspresi diri, tetapi juga sebuah narasi yang mengajak penikmat seni untuk meresapi keindahan dan kompleksitas manusia melalui medium seni visual yang unik dan penuh semangat.

Yoma Akbarulloh
Yoma Akbarulloh
Articles: 1

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *