Lebih dekat dengan Osyadha Ramdhanna
Osyadha Ramdhanna, yang akrab dipanggil Ocak adalah seorang seniman rupa kelahiran Malang, Jawa Timur, 27 Oktober 1997. Malang merupakan salah satu kota yang menjadi pusat seni rupa di Indonesia. Kota ini menjadi tempat permukiman para seniman, budaya, budayawan, hingga saintis, sejak adanya tempat pemusatan dan pengembangan pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
Ocak memulai kehidupan berkeseniannya sejak memasuki bangku perkuliahan pada program studi Seni Rupa Murni Universitas Brawijaya tahun 2016. Mata kuliah seni lukis representasional membawa pada genre surealis. Namun seiring berjalannya waktu, ocak merasa bahwa surealis kurang maksimal dalam mengeksekusi karyanya, baik secara visual maupun konseptual. Setelah itu, karakter karyanya berubah menjadi surealis dengan warna-warna yang cerah. Karyanya berupaya menyampaikan tema-tema pengalaman masa kecilnya dalam bentuk visual dengan menggunakan dongeng “Si Kancil”. Selain itu, ocak membuat karya berdasarkan pada tema isu-isu sosial yang terjadi di sekitarnya dan menurutnya menarik untuk diwujudkan. Misalnya isu sosial terkait perempuan dan hubungan orangtua dengan anaknya.
Melalui proses eksplorasi, lambat laun bentuk karyanya berubah dari semula representatif menjadi abstrak. Hal ini karena Ocak berpendapat bahwa memandang suatu karya berarti memperhatikan sesuatu yang menjadi “penanda” dari setiap karya. Teknik yang digunakan dalam karya Ocak adalah plakat. Media yang digunakan dalam karyanya mulai dari drawing pensil, pulpen, krayon, akrilik pada kanvas, batik, sulam, hingga karya tiga dimensi berupa instalasi, dan kayu.
Osyadha Ramdhanna atau Ocak mulai aktif mengikuti pameran sejak tahun 2016 yaitu pameran yang berjudul “dedicated aesthetic #2”. Ocak juga sempat menjadi pemateri pada workshop pewarnaan alam daun apel bersama buruh perempuan di Desa Madiredo, Pujon, Kabupaten Malang. Pada tahun 2018, Ocak memiliki prestasi yaitu juara 1 lomba lukis Peksima Universitas Brawijaya dan lomba mural Giant Extra di Sawojajar, Malang.
Menilik Karya Tekstil Osyadha Ramdhanna
Osyadha Ramdhanna merupakan salah seorang seniman rupa yang sangat terampil. Keterampilan seorang seniman hanya bisa dikuasai melalui suatu tindakan kerja yang intensif. Intensitas kerja akan membuat seorang seniman memiliki keinginan mencari dan mengolah kreativitasnya, hingga suatu saat ia menemukan kematangan. Intensitas dalam berkarya merupakan salah satu modal dasar untuk menjadi seorang seniman, bekal itu Ocak dapatkan sejak ia menempuh pendidikan di Universitas Brawijaya, dan hal itu terus Ocak lakukan hingga saat ini.
Perjalanan Ocak dalam menekuni bidang kesenirupaannya dimulai sejak saat Ocak memasuki bangku perkuliahan pada program studi Seni Rupa Murni Universitas Brawijaya tahun 2016. Selama kurang lebih 7 tahun berkarya, secara keseluruhan pokok perupaan karya Ocak cenderung pada bentuk abstrak. Namun demikian, terdapat karakter yang menjadi khas nya yang jelas terlihat dari sejumlah besar karya-karyanya, yakni pada figur hewan kancil dan pada penggunaan warna-warna yang cerah. Ocak sering berganti media dalam melukis, sepanjang perjalanan berkeseniannya ia telah melakukan beberapa eksplorasi media, salah satunya yaitu tekstil. Karya tekstil merupakan karya yang medianya menggunakan bahan tekstil. Tekstil berasal dari serat yang diolah menjadi kain.
Karya berjudul “tentang bagaimana memutuskan sesuatu” oleh Osyadha Ramdhanna dibuat menggunakan media tekstil dengan pencelupan lilin dan penjahitan. Karya ini berukuran 105 x 103 cm yang dibuat pada tahun 2020. Dari segi warna, karya ini dominan dengan warna kuning dan jingga pada latarnya. Karya ini dibuat dengan bentuk abstrak dan warna-warna cerah.
Representasi visual ditampilkan dengan bentuk abstrak yang tertata rapi sesuai dengan karakter dan ciri khasnya Ocak. penggunaan warna latar berupa kuning dan jingga kontras dengan warna objek yang dihadirkan. Sehingga jika dilihat, latar dan objek dalam karya ini terlihat lebih menarik dan menjadi komposisi yang selaras.
Osyadha Ramdhanna mampu mengemas karyanya dengan karakter khasnya yang mencerminkan bagian dari kegelisahannya. Latar belakang dan makna yang disampaikan kepada penonton, serta bagaimana Ocak menarik dan mengajak berinteraksi secara langsung dan mengajak berfikir tentang apa yang dirasakan olehnya tentang hal-hal yang sebenarnya ringan namun tetap asyik untuk diangkat, dan dapat divisualisasikan dengan nilai estetika yang tinggi.
Dalam karya yang berjudul “tentang bagaimana memutuskan sesuatu”, Ocak mengadaptasi fabel kancil yang berjudul “kancil menipu buto”, yang menggambarkan kecerdikan kancil dalam menghindari tipu daya buto untuk memangsanya. Fabel ini merepresentasikan proses negosiasi manusia, bagaimana masalah datang dan pergi, masuk akal, menjadi signifikan, menuntut negosiasi dan solusi, berangsur-angsur terselesaikan, dan menemukan jawaban.
Karya oleh Osyadha Ramdhanna ini berjudul “ They Just Want To Play On The Ground”. Karya ini digarap pada tahun 2023 dengan ukuran 70 x 90 cm dengan menggunakan lilin alami dan pewarnaan kapas. Karya ini menampilkan visual dengan kain yang digunting membentuk persegi panjang kemudian di tata rapi secara horizontal. Potongan-potongan kain tersebut terdapat gambar dengan media lilin yang sudah di lorot dan ada yang masih belum di lorot. Unsur warna yang terdapat pada kain tersebut yaitu warna abu-abu dan cream.
Dari segi proses pembuatan, karya ini digarap dengan melukis di kain dengan lilin kemudian kain tersebut dilanjutkan dengan proses pewarnaan, setelah itu lilin di lorot dan digunting membentuk persegi panjang dan di tata rapi. Proses penciptaannya terlihat penuh persiapan dan cukup matang tercermin dari hasil karyanya. Ocak sendiri sebagai seniman sepertinya asyik bermain-main dengan dominasi.
Karya ini menggambarkan posisi Ocak sebagai seorang anak yang sedang tumbuh besar, menikmati ruang terbuka di sekitar rumah seperti sawah, kebun, dan area hijau yang bersahabat dengan anak-anak. Berangkat dari kenangan tersebut, Ocak merekonstruksi kegiatan bermain menjelajahi lingkungan sekitar untuk menemukan tanaman untuk pewarna batik alami (pucuk merah, suji, kunyit, limbah jati, besi karat), mirip dengan karakter kancil yang berpetualang dengan teman-temannya di hutan, menemukan kegembiraan melalui permainan yang terinspirasi dari alam. Melalui narasi dongeng. Saya mempertanyakan bagaimana alam, sebagai tempat bermain fisik bagi anak-anak, tergerus oleh pembangunan kota yang masif dengan aspal, besi, dan tembok, yang dihadirkan dengan warna-warna kusam dan motif-motif berkarat hasil pewarnaan limbah besi. Pembangunan fisik tidak paralel dengan pembangunan mental. Tumpang tindihnya teks dan gambar kancil dalam karya ini mengekspresikan keprihatinan saya tentang pentingnya peran seseorang sebagai anak, kakak, dan calon ibu dalam bermain dan bernegosiasi dengan anak-anak. Karena dalam ‘bermain’ dan permainan, budaya kita tumbuh, dibaca, dan diwariskan.
Karya Osyadha Ramdhanna ini berjuduk “Dan Ada Yang Membawa Pulang”. Karya ini digarap pada tahun 2018 dengan ukuran 340 x 104 cm menggunakan lilin dan pencelupan kapas. Dari segi warna, karya ini dominan dengan warna hitam pada latarnya. Karya ini dibuat dengan bentuk abstrak dan warna-warna cerah pada objeknya.
Representasi visual ditampilkan dengan bentuk objek yang abstrak yang tertata rapi sesuai dengan konsep abstrak. penggunaan warna latar berupa hitam kontras dengan warna objek yang dihadirkan dengan warna-warni yang cerah. Sehingga jika dilihat, latar dan objek dalam karya ini terlihat lebih menarik dan menjadi komposisi yang selaras.
Osyadha Ramdhanna mampu mengemas karyanya dengan karakter khasnya yang mencerminkan bagian dari kegelisahannya. Latar belakang dan makna yang disampaikan kepada penonton, serta bagaimana Ocak menarik dan mengajak berinteraksi secara langsung dan mengajak berfikir tentang apa yang dirasakan olehnya tentang hal-hal yang sebenarnya ringan namun tetap asyik untuk diangkat, dan dapat divisualisasikan dengan nilai estetika yang tinggi.
Dalam karya yang berjudul “Dan Ada Yang Membawa Pulang”, Ocak menceritakan kenangan akan peristiwa persalinan oleh sang ibu dan kisah-kisah kelahiran yang terus diceritakan. Kisah pencarian jati diri dengan menggali kenangan masa lalu ternyata menjadi titik
tolak untuk menatap diri kita hari ini dan hari esok. Visualisasi kisah kelahiran Kancil dengan dekonstruksi bentuk anatomi dan dekonstruksi objek-objek di sekitarnya dengan narasi simbolik menjadi analogi kelahiran baru dan penghayatan akan nilai pengorbanan.